PEMODELAN DAN HIPOTESIS
PANGGUNG WAYANG
KUMPULAN 50 CARPON AAM AMILIA
Panggung Wayang yang memuat 50 Carita Pondok karya Aam
Amilia memiliki fenomena teks yang beragam. Keberagaman itu tentu akan dapat
dengan mudah dilihat apabila sudah membaca keseluruhan cerita dari teks. Dari
50 Cerita pondok, Aam Amilia membaginya kedalam enam bagian. Di lihat dari
ragam penulisan judulnya Aam Amilia membungkusnya dengan judul yang menarik,
sehingga pembaca akan dengan sendirinya merasa penasaran untuk membaca cerita
yang lainnya.
Setelah membaca beberapa
cerita dari masing-masing bagian, terdapat kesamaan yang menonjol dari struktur
cerita dalam teks, namun dalam tulisan ini lebih mengelompokannya kedalam
fenomena teks yang berpotensi untuk Sosioligi Sastra. Maka untuk mempermudah
pengelompokan, dalam tulisan ini menggunakan Metode Dialektika.
Berikut adalah pemodelan
yang memberikan tingkat Probabilitas dalam teks
I.
Kesamaan Cerita yang Menitik Beratkan
Feminisme
Dari beberapa Cerita dalam
buku Panggung Wayang ini sangatlah jelas penulis mencoba meraciknya dengan olah
pikir bahwa seorang perempuan pun bisa bersaing dengan kaum laki-laki.
Carita-cerita yang dimuat dalam buku ini manggambarkan perjuangan seorang
perempuan dewasa yang hidup tampa seorang Suami, dan mereka bisa menghidupi
anak-anaknya dengan cara mereka sendiri, baik cara yang baik atau pun tidak
baik.
Dengan terang terangan Aam
Amilia melukiskan kehidupan perempuan yang sudah ditinggalkan oleh suamunya,
kemudian untuk menghidupi anak-anak nya dia rela menjual dirinya sendiri,
seperti tergambar dalam carpon yang berjudul Halimun Halaman 53. Dalam
Carpon itu diceritakan seorang perempuan yang bekerja di tempat hiburan malam,
di dalam hati kecilnya dia tidak rela untuk bekerja ditempat itu, namun faktor
ekonomi memaksanya untuk terus bekerja di tempat itu demi biaya untuk merawat
anaknya yang terbaring di rumah sakit. Uang pun didapatkannya dari cara yang
haram, dan patut disayangkan anaknya sudah meninggal.
Begitulah Aam Amilia
melukiskan perjuangan seorang perempuan yang berjuang untuk kehidupannya. Yang
paling menarik Aam Amilia berani menampilkan sosok wanita yang tegar dan berani
di dalam Carpon yang berjudul Satria Gagah Sakti halaman 102. Dalam
carpon ini bercerita tentang perceraian dalam rumah tangga, dengan alasan
seorang suami yang menceraikan isterinya, karena sang suami menuruti perintah
orangtuanya, dengan alasan tidak ada kecocokan diantara keduanya setelah
mempercayai dari hal-hal yang brsifat gaib. Sang isteri kemudian pasrah dan
mengurus kelima anaknya dengan jerih payahnya sendiri yang kemudian menjadi
anak-anak yang berhasil dengan pendidikannya.
Jelaslah disini Aam Amalia sebagai
pengarang ingin penunjukan bahwa seorang perampuan pun bisa menjadi sosok yang
berhasil, sekalipun tanpa ada bantuan dari seorang laki-laki, seperti yang
tergambar dalam beberapa contoh Carpon di atas, ada yang berhasil dengan
caranya yang baik, dan menjadi petaka apabila menggunakan cara yang salah,
tentu saja cerita fiktif ini memiliki pesan yang baik untuk masyarakat.
II.
Permasalah Ekonomi Dalam Rumah Tangga
Dalam kumpulan 50 Carpon ini terdapat satu
permasalahan yang dilatar belakangi oleh faktor ekonomi, sebagaimana terungkap
dalam beberapa judul cerita Cerita Deudeuh Nila, di dalamnya memuat
berbagai permasalahan rumah tangga yang menjadi hal yang umum yaitu Ekomomi,
hidup yang serba pas-pasan yang akhirya menjadi serba kekurangan, membuat suami
isteri di keluarga yang sederhana itu berusaha bekerja keras untuk
kehidupannya, kebutuhan dapur yang sering diperbincangkan oleh sang isteri,
tidak sebanding dengan penghasilan sang suami, dan hal itu membuat hati sang
suami menjadi semangat untuk terus bekerja.
Suatu hari keluarga sederhana
itu semakin sulit untuk mendapat pekerjaan sedangkan anak-anak mereka perlu
dihidupi dan biaya sekolah. Sang suami meutuskan untuk meminjam uang kepada
saudaranya di kota, namun sayang yang dia dapat adalah cacian. Hingga di akhir
cerita sang suami bertemu dengan teman lama nya, seorang perempuan yang bernama
Nila, yang dahulu pernah menjadi panutan sang suami. Melihat teman dekatnya
kesusahan akhirnya Nila memberikannya uang, akhirnya sang suami kembali
kerumahnya dan berencana menjadikan Uang itu modal usaha keluarganya.
Didalam cerita di atas dapat
kita kaji kembali bahwa Feminisme masih terlihat, meskipun hanya sedikit namun
Aam Amilia selaku penulis menempatkan sosok Nila sebagai pahlawan di didalam
cerita itu. Selanjutnya permasalah ekonomi yang selalu membayangi dalam berumah
tangga juga terlihat dalam cerita yang berjudul Halimun, yang rela
menjual diri demi mencari Uang untuk biaya kesembuhan anaknya, kemudian cerita
yang berjudul Fatamorgana juga masih bercerita tentang kebutuhan dapur,
namun dengan latar cerita yang berbeda disini terlihat rasa saling iri dengan
tetangga yang serba memiliki, hingga di akhir cerita sang isteri sadar bahwa
tetap yang terpenting adalah memiliki seorang suami yang terbaik bukan harta
yang banyak, namun tidak diperhatikan oleh suami.
Dari masing-masing cerita selalu
dilukiskan bahwa seorang wanita juga memiliki kesadaran bahwa segala hal yang
menyangkut permasalahan dalam berumaah tangga pasti akan dapat diselesaikan,
tentunya dengan menggunakan pikiran yang tenang dan hati yang bersih.
III.
Wanita Dalam Islam
Di dalam kumpulan carpon ini juga
menggambarkna berbagai fenomena yang berhubungan dengan agama, banyak sekali
peristiwa yang menyangkut dengan permasalahan kerohanian seorang wanita yang
mudah tersinggung dan sensitif terhadap perasaannya, Carpon yang berjudul Talaga
Nu Liuh, Kikisik Sisi Basisir, Rarakitan, dan Ratu Pangdusunna, banyak
menitikberatkan terhadap Fitrah seorang wanita.
Tentu saja di dalam agama
Islam Juga sering mengibaratkan seorang wanita itu seperti kaca yang berdebu,
maksudnya hati sorang wanita itu sebening kaca, namun masih ada debu yang
mengotorinya. Kemudian jangan terlalu keras membersihkannya karena kaca itu
rapuh dan mudah pecah, artinya ketika seorang suami hendak menasihati dan
membimbingnya, tentu harus dengan hati-hati sehinngga tidak menyinggung
perasaannya.
Dan hampir seperti itu lah
yang diharapkan sang penulis di dalam berbagai ceritanya, di dalam Kumpulan 50
Carpon Aam Amilia banyak menggambarkan
kesabaran-kesabaran seorang isteri di dalam berumah tangga. Di dalamnya dituliskan
tentang kewajiban seorang suami untuk encari nafkah, dan isteri yang mendidik
anaknya menjadi yang terbaik.
Wanita juga merupakan separuh bagian
dari laki-laki, artinya di dalam berumah tangga juga harus bekerja sama dalam
membina rumahtangga menjadi sakinah, mawaddah, warahmah. Dari
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita Aam Amilia untuk menjadi keluarga
yang baik tentunya yang laki-laki yang ideal untuk seorang wanita adalah yang
selalu mengerti perasaan wanita. Fenomena-fenomena yang terjadi dalam Carpon
apabila seorang isteri sudah tidak kuat akan situasi pasti akan menyebut nama
sang pencipta.
ANALISIS PANGGUNG WAYANG
KUMPULAN 50 CARPON AAM AMILIA
MENGGUNAKAN METODE DIALEKTIKA
diajukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sosiologi Sastra
Dosen Pembimbing : Asep Yusup Hudayat, M.Hum.
Disusun oleh:
Ahmad
Rijal Nasrullah
180210120025
PROGRAM STUDI SASTRA SUNDA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar