Selasa, 08 Oktober 2013

SOSIOLOGI SASTRA

PEMODELAN DAN HIPOTESIS
PANGGUNG WAYANG
KUMPULAN 50 CARPON AAM AMILIA

Panggung Wayang yang memuat 50 Carita Pondok karya Aam Amilia memiliki fenomena teks yang beragam. Keberagaman itu tentu akan dapat dengan mudah dilihat apabila sudah membaca keseluruhan cerita dari teks. Dari 50 Cerita pondok, Aam Amilia membaginya kedalam enam bagian. Di lihat dari ragam penulisan judulnya Aam Amilia membungkusnya dengan judul yang menarik, sehingga pembaca akan dengan sendirinya merasa penasaran untuk membaca cerita yang lainnya.
            Setelah membaca beberapa cerita dari masing-masing bagian, terdapat kesamaan yang menonjol dari struktur cerita dalam teks, namun dalam tulisan ini lebih mengelompokannya kedalam fenomena teks yang berpotensi untuk Sosioligi Sastra. Maka untuk mempermudah pengelompokan, dalam tulisan ini menggunakan Metode Dialektika.
            Berikut adalah pemodelan yang memberikan tingkat Probabilitas dalam teks


I.            Kesamaan Cerita yang Menitik Beratkan Feminisme

         Dari beberapa Cerita dalam buku Panggung Wayang ini sangatlah jelas penulis mencoba meraciknya dengan olah pikir bahwa seorang perempuan pun bisa bersaing dengan kaum laki-laki. Carita-cerita yang dimuat dalam buku ini manggambarkan perjuangan seorang perempuan dewasa yang hidup tampa seorang Suami, dan mereka bisa menghidupi anak-anaknya dengan cara mereka sendiri, baik cara yang baik atau pun tidak baik.
         Dengan terang terangan Aam Amilia melukiskan kehidupan perempuan yang sudah ditinggalkan oleh suamunya, kemudian untuk menghidupi anak-anak nya dia rela menjual dirinya sendiri, seperti tergambar dalam carpon yang berjudul Halimun Halaman 53. Dalam Carpon itu diceritakan seorang perempuan yang bekerja di tempat hiburan malam, di dalam hati kecilnya dia tidak rela untuk bekerja ditempat itu, namun faktor ekonomi memaksanya untuk terus bekerja di tempat itu demi biaya untuk merawat anaknya yang terbaring di rumah sakit. Uang pun didapatkannya dari cara yang haram, dan patut disayangkan anaknya sudah meninggal.
         Begitulah Aam Amilia melukiskan perjuangan seorang perempuan yang berjuang untuk kehidupannya. Yang paling menarik Aam Amilia berani menampilkan sosok wanita yang tegar dan berani di dalam Carpon yang berjudul Satria Gagah Sakti halaman 102. Dalam carpon ini bercerita tentang perceraian dalam rumah tangga, dengan alasan seorang suami yang menceraikan isterinya, karena sang suami menuruti perintah orangtuanya, dengan alasan tidak ada kecocokan diantara keduanya setelah mempercayai dari hal-hal yang brsifat gaib. Sang isteri kemudian pasrah dan mengurus kelima anaknya dengan jerih payahnya sendiri yang kemudian menjadi anak-anak yang berhasil dengan pendidikannya.
         Jelaslah disini Aam Amalia sebagai pengarang ingin penunjukan bahwa seorang perampuan pun bisa menjadi sosok yang berhasil, sekalipun tanpa ada bantuan dari seorang laki-laki, seperti yang tergambar dalam beberapa contoh Carpon di atas, ada yang berhasil dengan caranya yang baik, dan menjadi petaka apabila menggunakan cara yang salah, tentu saja cerita fiktif ini memiliki pesan yang baik untuk masyarakat.



II.            Permasalah Ekonomi Dalam Rumah Tangga

         Dalam kumpulan 50 Carpon ini terdapat satu permasalahan yang dilatar belakangi oleh faktor ekonomi, sebagaimana terungkap dalam beberapa judul cerita Cerita Deudeuh Nila, di dalamnya memuat berbagai permasalahan rumah tangga yang menjadi hal yang umum yaitu Ekomomi, hidup yang serba pas-pasan yang akhirya menjadi serba kekurangan, membuat suami isteri di keluarga yang sederhana itu berusaha bekerja keras untuk kehidupannya, kebutuhan dapur yang sering diperbincangkan oleh sang isteri, tidak sebanding dengan penghasilan sang suami, dan hal itu membuat hati sang suami menjadi semangat untuk terus bekerja.
         Suatu hari keluarga sederhana itu semakin sulit untuk mendapat pekerjaan sedangkan anak-anak mereka perlu dihidupi dan biaya sekolah. Sang suami meutuskan untuk meminjam uang kepada saudaranya di kota, namun sayang yang dia dapat adalah cacian. Hingga di akhir cerita sang suami bertemu dengan teman lama nya, seorang perempuan yang bernama Nila, yang dahulu pernah menjadi panutan sang suami. Melihat teman dekatnya kesusahan akhirnya Nila memberikannya uang, akhirnya sang suami kembali kerumahnya dan berencana menjadikan Uang itu modal usaha keluarganya.
         Didalam cerita di atas dapat kita kaji kembali bahwa Feminisme masih terlihat, meskipun hanya sedikit namun Aam Amilia selaku penulis menempatkan sosok Nila sebagai pahlawan di didalam cerita itu. Selanjutnya permasalah ekonomi yang selalu membayangi dalam berumah tangga juga terlihat dalam cerita yang berjudul Halimun, yang rela menjual diri demi mencari Uang untuk biaya kesembuhan anaknya, kemudian cerita yang berjudul Fatamorgana juga masih bercerita tentang kebutuhan dapur, namun dengan latar cerita yang berbeda disini terlihat rasa saling iri dengan tetangga yang serba memiliki, hingga di akhir cerita sang isteri sadar bahwa tetap yang terpenting adalah memiliki seorang suami yang terbaik bukan harta yang banyak, namun tidak diperhatikan oleh suami.
         Dari masing-masing cerita selalu dilukiskan bahwa seorang wanita juga memiliki kesadaran bahwa segala hal yang menyangkut permasalahan dalam berumaah tangga pasti akan dapat diselesaikan, tentunya dengan menggunakan pikiran yang tenang dan hati yang bersih.



III.            Wanita Dalam Islam

         Di dalam kumpulan carpon ini juga menggambarkna berbagai fenomena yang berhubungan dengan agama, banyak sekali peristiwa yang menyangkut dengan permasalahan kerohanian seorang wanita yang mudah tersinggung dan sensitif terhadap perasaannya, Carpon yang berjudul Talaga Nu Liuh, Kikisik Sisi Basisir, Rarakitan, dan Ratu Pangdusunna, banyak menitikberatkan terhadap Fitrah seorang wanita.
         Tentu saja di dalam agama Islam Juga sering mengibaratkan seorang wanita itu seperti kaca yang berdebu, maksudnya hati sorang wanita itu sebening kaca, namun masih ada debu yang mengotorinya. Kemudian jangan terlalu keras membersihkannya karena kaca itu rapuh dan mudah pecah, artinya ketika seorang suami hendak menasihati dan membimbingnya, tentu harus dengan hati-hati sehinngga tidak menyinggung perasaannya.
         Dan hampir seperti itu lah yang diharapkan sang penulis di dalam berbagai ceritanya, di dalam Kumpulan 50 Carpon Aam Amilia banyak  menggambarkan kesabaran-kesabaran seorang isteri di dalam berumah tangga. Di dalamnya dituliskan tentang kewajiban seorang suami untuk encari nafkah, dan isteri yang mendidik anaknya menjadi yang terbaik.
         Wanita juga merupakan separuh bagian dari laki-laki, artinya di dalam berumah tangga juga harus bekerja sama dalam membina rumahtangga menjadi sakinah, mawaddah, warahmah. Dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita Aam Amilia untuk menjadi keluarga yang baik tentunya yang laki-laki yang ideal untuk seorang wanita adalah yang selalu mengerti perasaan wanita. Fenomena-fenomena yang terjadi dalam Carpon apabila seorang isteri sudah tidak kuat akan situasi pasti akan menyebut nama sang pencipta.



ANALISIS PANGGUNG WAYANG
KUMPULAN 50 CARPON AAM AMILIA
MENGGUNAKAN METODE DIALEKTIKA

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi  Sastra
Dosen Pembimbing : Asep Yusup Hudayat, M.Hum.



Disusun oleh:
Ahmad Rijal Nasrullah
180210120025

PROGRAM STUDI SASTRA SUNDA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2013


Tidak ada komentar: